Kamis, 22 November 2012

Benteng di Tengah Desa




KEHADIRAN Belanda di Indonesia tak hanya sekadar menorehkan luka akibat penjajahan. Di lain sisi, masyarakat dari negara Kicir Angin ini pun meninggalkan sebuah sejarah yang sangat penting bagi Indonesia berupa benteng pertahanan.

Benteng yang dibangun pada 1818 ini memiliki luas sekira 3.606 meter persegi dengan tinggi 9,67 meter sebagai pertahanan bangsa Belanda pada zaman penjajahan dahulu.
Uniknya, nama Van Der Wijck pun diambil dari seorang perwira Belanda yang menjadi komandan dan dinilai cukup berjasa karena berhasil mengalahkan pejuang Aceh. Saat pendudukan Jepang, benteng ini juga sempat dijadikan tempat pelatihan tentara PETA.

Benteng ini memiliki 16 barak yang dulunya digunakan sebagai asrama tentara Belanda. Di zaman pendudukan Jepang, benteng ini dipakai untuk melatih prajurit PETA (Pembela Tanah Air). Mereka ditempatkan di barak-barak di sekitar bentang, sedangkan bagian utama benteng digunakan sebagai gudang penyimpanan bahan makanan, senjata, dan amunisi..

Objek wisata sejarah yang terletak di Gombong ini juga hadir dalam bentuk yang tak kalah unik, yakni berbentuk segi delapan dan memiliki dua lantai. Dan di bagian atap benteng terdapat bangunan yang berfungsi sebagai tempat pengintaian. Seiring dengan ”angkat kakinya” Jepang dari Indonesia, benteng ini pun resmi menjadi salah satu warisan sejarah negara Indonesia. Untuk menarik minat pengunjung lokal dan mancanegara, benteng Belanda ini dipoles demi memberikan nuansa yang baru.

Gedung ini sebenarnya milik TNI dan diserahkan untuk dikelola oleh pihak swasta tahun 1998. Saat itu Belanda lebih lama menduduki Indonesia dan dibangunlah benteng pertahanan ini.

Polesan di area benteng jelas menghilangkan kesan misteri dari sebuah benteng yang dinilai angker dan menyeramkan. Sehingga benteng Belanda hadir dengan nuansa yang menyenangkan dan lebih hangat. Bahkan, satu hal yang akan menjadi pengalaman unik para wisatawan yang menginap di benteng ini adalah mereka dapat menikmati tinggal di sebuah kamar hotel yang dahulunya adalah barak tentara.

Pada tahun 2000 benteng ini direnovasi. Dibangun dunia mainan anak, gedung pertemuan, dan hotel untuk melengkapi sarana yang ada. Dari pihak TNI tidak memperbolehkan untuk mengubah bentuk, dan kamar hotel tersebut dahulunya memang barak tentara..

Secara keseluruhan, hotel yang terdapat di benteng Belanda ini tidaklah dibuka untuk umum, melainkan pada momen tertentu saja.  

Hotel tidak dibuka untuk umum, kecuali Tahun Baru atau Lebaran. World Bank pun sempat mengadakan seminar di benteng ini. Benteng ini sering digunakan untuk diklat, dan untuk acara wedding juga bisa lakukan di gedung pertemuan.

Berbagai acara menarik pun kerap diselenggarakan di area benteng Belanda ini, di antaranya pesta kembang api menyambut Tahun Baru atau live music selama 7 hari, 7 malam dalam rangka menyambut momen Idul Fitri.

Untuk menikmati sebuah catatan perjalanan sejarah di Benteng Van Der Wijck, Anda cukup membayar Rp4 ribu pada weekday dan Rp5 ribu di hari libur. Saatnya mengetahui sejarah lebih dalam sambil berlibur bersama keluarga.

0 komentar:

Posting Komentar